Ref 3. Penyusunan Rencana Kegiatan Penguatan Sistem One Health

Dalam materi ini kita akan mempelajari tentang bagaimana strategi menyusun langkah-langkah rencana kegiatan penguatan sistem one health secara kolaboratif, di mana pokok permasalahan dipetakan dan diidentifikasi dari kesenjangan/ketidaksesuaian peran atau tugas dari jaringan lintas sektor guna meminimalisir dampak multi aspek dari ancaman zoonosis yang muncul akibat lemahnya sistem untuk bersinergi.

Sistem One Health

Dalam materi ini kita akan mempelajari tentang bagaimana strategi menyusun langkah-langkah rencana kegiatan penguatan sistem one health secara kolaboratif, di mana pokok permasalahan dipetakan dan diidentifikasi dari kesenjangan/ketidaksesuaian peran atau tugas dari jaringan lintas sektor (hewan, manusia dan lingkungan) guna meminimalisir dampak multi aspek dari ancaman zoonosis yang muncul akibat lemahnya sistem untuk bersinergi.

Dalam meningkatkan kapasitas sumber daya untuk pengendalian penyakit zoonosis, dibutuhkan suatu sistem yang dapat membantu mengkoordinasikan berbagai lintas sektor secara terpadu. Keterpaduan tersebut diharapkan dapat membantu setiap instansi terkait dalam mengkoordinasikan perencanaan penanggulangan wabah dan menganalisis berbagai program lintas sektoral dengan suatu pendekatan yang disebut dengan One Health. Konsep One Health menunjukkan pentingnya interaksi dan keterkaitan antara kesehatan manusia (termasuk kesehatan mental via human-animal bond phenomenon), kesehatan hewan dan kesehatan ekosistem. Pada dasarnya, konsep One Health diperkenalkan sebagai suatu pendekatan untuk mempromosikan, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dan kesejahteraan umat manusia, serta seluruh makhluk melalui peningkatan kerja sama dan kolaborasi antara dokter, dokter hewan, tenaga kesehatan dan profesional di bidang lingkungan hidup dengan cara meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajemen dan inisiatif One Health (One Health Initiative).

Sistem One Health yang dibentuk merupakan suatu keseluruhan komponen yang dijalankan dengan memahami dan mengimplementasikan kompetensi inti One Health dalam penyelesaian masalah dan pengendalian penyakit secara kooperatif, kolaboratif, koordinatif, dan komunikatif antar lintas sektoral. Penggunaan sistem One Health tidak terlepas dari penggunaan suatu metode atau instrumen yang fleksibel untuk mengidentifikasi, mengembangkan, dan merencanakan suatu penyelesaian masalah kesehatan bersumber hewan secara lintas sektoral, terutama dalam hal ini terhadap pengendalian zoonosis. Sektor kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan memiliki peran dan kemampuan yang perlu diidentifikasi bersama serta dilakukan pemetaan agar mendapatkan gambaran secara holistik dan komprehensif.

Adapun tujuan umum yang ingin dicapai pada sistem One Health ini, yaitu:

  1. Menganalisis interaksi antar sistem dari sektor atau program yang berbeda-beda dalam menjawab tantangan One Health, terutama terhadap penanganan permasalahan kesehatan bersumber binatang,
  2. Sebagai suatu cara untuk memperkuat jaringan yang ada dalam merespon suatu masalah kesehatan masyarakat bersumber binatang (zoonosis) yang perlu dilakukan secara lintas sektoral.
  3. Sistem One Health ini juga memiliki empat tujuan khusus, diantaranya:
    • Memetakan dan menganalisis sebuah jaringan kerja sama antar institusi
    • Memetakan dan menganalisis respon sebuah jaringan terhadap masalah yang terjadi
    • Adaptasi atas program/kejadian terbaik atau penyempurnaan dari apa yang sudah dilakukan
    • Memberikan arahan, rencana aksi, dan rencana kerja yang dapat dimulai atau dijalankan.

Pada prinsipnya One Health adalah suatu pendekatan dengan tidak mengubah apa yang telah dikerjakan di bidang kesehatan (not change what we have done) melainkan guna peningkatan bagaimana kita melakukannya (but rather how we do it). Prinsip One Health juga mengedepankan kolaborasi, penyelesaian masalah secara multi sektoral, dan sebagainya. Walaupun banyak definisi One Health yang digunakan, tetapi pengertian umum dari pendekatan ini adalah mengedepankan kolaborasi antar sektor untuk bersama-sama menyelesaikan masalah kompleks penyakit zoonotik.

Kerja antar sektor ini berdampak baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kesehatan manusia, hewan, dan lingkungannya serta melibatkan pemikiran, optimalisasi sumber daya atau pun kerja antar sektor terkait. Kerja antar sektor ini dilakukan dengan menghargai otonomi dari masing-masing disiplin, terutama dari berbagai pemangku kepentingan kesehatan manusia, hewan dan lingkungannya.

Interaksi antar kesehatan manusia, hewan, dan kesehatan ekosistemnya merupakan suatu konsep pendekatan yang dikenal dengan One Health. Untuk meningkatkan efektivitas pendekatan One Health diperlukan keseimbangan antar sektor, di antara kelompok dan jejaring terutama antar dokter hewan, dokter, ahli ekologi, dan kesehatan lingkungan, serta praktisi satwa liar, sarjana sosial dan sarjana-sarjana bidang lain yang terkait dalam kerja tim. Adapun ruang lingkup dengan adanya penguatan sistem One Health agar dapat mendukung penyempurnaan dari program pengendalian berbasis penyakit zoonosis. Selain itu, adanya sistem secara terpadu ini dapat membantu memberikan arahan untuk rencana aksi dan rencana kerja yang dapat diterapkan secara multi sektoral.

Guna menganalisis dan memetakan interaksi institusi-institusi pada suatu jaringan lintas sektoral dalam mengatasi masalah kesehatan dan menganalisis bagaimana kolaborasi yang telah ada dilakukan, munculnya kesenjangan dan bagaimana peluang untuk mengatasi kesenjangan terbaik, digunakan suatu metode Pemetaan dan Analisis Sumber Daya Sistem One Health (One Health Sistem Mapping and Analysis Resource Tool/OH-SMART)

Sistem One Health yang dibentuk merupakan suatu keseluruhan komponen yang dijalankan dengan memahami dan mengimplementasikan kompetensi inti One Health dalam penyelesaian masalah dan pengendalian penyakit secara kooperatif, kolaboratif, koordinatif, dan komunikatif antar lintas sektoral. Sistem One Health bertujuan untuk menganalisis interaksi antar sistem dari sektor atau program yang berbeda-beda dalam menjawab tantangan One Health, terutama terhadap penanganan permasalahan kesehatan bersumber binatang.

Pada prinsipnya One Health adalah suatu pendekatan dengan tidak mengubah apa yang telah dikerjakan di bidang kesehatan melainkan guna peningkatan bagaimana kita melakukannya. Prinsip One Health juga mengedepankan kolaborasi dan penyelesaian masalah secara multi sektoral. Adanya penguatan sistem One Health dapat mendukung penyempurnaan dari program pengendalian berbasis penyakit zoonosis. Selain itu, adanya sistem secara terpadu dapat membantu memberikan arahan untuk rencana aksi dan rencana kerja yang dapat diterapkan secara multi sektoral.

Identifikasi Jejaring Kerja Lintas Sektor

Dalam materi ini kita akan mempelajari tentang bagaimana strategi menyusun langkah-langkah rencana kegiatan penguatan sistem one health secara kolaboratif, di mana pokok permasalahan dipetakan dan diidentifikasi dari kesenjangan/ketidaksesuaian peran atau tugas dari jaringan lintas sektor (hewan, manusia dan lingkungan) guna meminimalisir dampak multi aspek dari ancaman zoonosis yang muncul akibat lemahnya sistem untuk bersinergi.

Jejaring pemangku kepentingan lintas sektor
Dalam penyusunan rencana kegiatan penguatan sistem one health, yang menjadi hal penting untuk dilakukan pertama kali adalah mengidentifikasi jaringan lintas sektoral yang perlu dianalisis dan dipertimbangkan perannya. Jaringan lintas sektoral ini tentunya terdiri dari Kementerian, Lembaga, Badan, Direktorat, Unit, Divisi atau pun satuan kerja lainnya yang saling berhubungan dalam rangka memperkuat sistem one health. Jejaring lintas sektoral ini tentunya penting untuk diidentifikasi dari tiga (3) sektor one health yaitu kesehatan manusia, kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan.

Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap institusi pemerintah, organisasi masyarakat, swasta, akademik dan pelayanan kesehatan primer maupun sekunder yang memiliki keterkaitan dengan kesehatan manusia, kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan. Dalam menuju penguatan sistem one health tentunya tidak perlu menunggu suatu masalah kesehatan terjadi dan mendapatkan instruksi dari pimpinan atau kepala bagian, namun dapat dilakukan sebagai bagian dari rencana kegiatan dan menjadi bagian dari pengelolaan tugas sehari-hari. Kolaborasi dan koordinasi dari lintas sektor ini tentunya menjadi hal kunci dalam mencapai penguatan sistem one health. Identifikasi jejaring pemangku kepentingan lintas sektor dapat dimulai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:

  1. Bagaimana interaksi para pemangku kepentingan/stakeholder ketika terjadi masalah atau peristiwa yang berdampak pada kesehatan manusia, hewan dan lingkungan?
  2. Apa saja kejadian atau keadaan darurat di masa lalu yang memerlukan interaksi lintas sektoral? Siapa saja pemangku kepentingan/stakeholder yang terlibat?
  3. Apakah ada tantangan baru di masa mendatang yang menjadi perhatian bagi provinsi, negara atau institusi peserta yang bisa menjadi fokus atau motivasi untuk dianalisis?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat membawa diskusi pada pertanyaan lanjutan yaitu bagaimana dan sebesar apa peran dari masing-masing institusi yang terlibat dalam suatu masalah kesehatan yang ditangani dengan pendekatan one health.

Peran, mekanisme dan kemampuan pemangku kepentingan
Setelah jejaring telah seluruhnya teridentifikasi dan disepakati oleh seluruh peserta, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi peran, mekanisme dan kemampuan pemangku kepentingan. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan menggali informasi di tingkat dasar tentang bagaimana institusi yang berbeda mempersepsikan kerja sama lintas sektor. Informasi lainnya adalah tentang pemahaman dasar mengapa dan bagaimana mereka melakukan kerja sama lintas sektor tersebut.

Tujuan dari identifikasi peran, mekanisme dan kemampuan seluruh pemangku kepentingan yang terlibat adalah, agar dapat memetakan masing- masing fungsi dan mengidentifikasi bentuk terbaik dari kolaborasi yang dapat dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih dari semua tugas yang dijalankan, dan masing-masing sektor dapat saling mendukung tugas satu sama lainnya. Identifikasi peran ini dapat dilakukan secara pasif maupun aktif. Secara pasif dapat dilihat berdasarkan tugas dan fungsi suatu sektor secara hukum, maupun mempelajari tata organisasi sektor tersebut dan mengaitkan dengan penanganan masalah kesehatan dengan pendekatan one health. Secara aktif, identifikasi peran dapat dilakukan dengan menggali informasi pada perwakilan dari masing-masing sektor tersebut tentang bagaimana peran dan mekanisme sektor tersebut dalam menangani masalah kesehatan yang memerlukan kolaborasi lintas sektor selama ini.

Dalam penyusunan rencana kegiatan penguatan sistem one health, yang menjadi hal penting untuk dilakukan pertama kali adalah mengidentifikasi jaringan lintas sektoral yang perlu dianalisis dan dipertimbangkan perannya. Jaringan lintas sektoral ini tentunya terdiri dari Kementerian, Lembaga, Badan, Direktorat, Unit, Divisi atau pun satuan kerja lainnya yang saling berhubungan dalam rangka memperkuat sistem one health. Jejaring lintas sektoral ini tentunya penting untuk diidentifikasi dari tiga (3) sektor one health yaitu kesehatan manusia, kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan. Setelah jejaring telah seluruhnya teridentifikasi dan disepakati oleh seluruh peserta, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi peran, mekanisme dan kemampuan pemangku kepentingan. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan menggali informasi di tingkat dasar tentang bagaimana institusi yang berbeda mempersepsikan kerja sama lintas sektor. Tujuan dari identifikasi peran, mekanisme dan kemampuan seluruh pemangku kepentingan yang terlibat adalah, agar dapat memetakan masing-masing fungsi dan mengidentifikasi bentuk terbaik dari kolaborasi yang dapat dilakukan.

 

Identifikasi Kesenjangan dalam Sistem One Health

Dalam materi ini kita akan mempelajari tentang bagaimana strategi menyusun langkah-langkah rencana kegiatan penguatan sistem one health secara kolaboratif, di mana pokok permasalahan dipetakan dan diidentifikasi dari kesenjangan/ketidaksesuaian peran atau tugas dari jaringan lintas sektor (hewan, manusia dan lingkungan) guna meminimalisir dampak multi aspek dari ancaman zoonosis yang muncul akibat lemahnya sistem untuk bersinergi.

Peta kolaborasi lintas sektor dari masalah zoonosis yang muncul
Tahap ini dilakukan setelah teridentifikasi jejaring one health yang ada serta masing-masing peran, mekanisme dan kemampuannya dalam menangani masalah kesehatan dengan pendekatan one health. Pembuatan peta kolaborasi lintas sektor dari masalah zoonosis ini akan lebih kompleks daripada tahap sebelumnya, karena melibatkan masalah zoonosis dan cara penanganannya melalui kolaborasi lintas sektor.

Pada tahap ini, dilakukan pemetaan sistem yang telah ada secara akurat, seperti interaksi antara institusi dalam jaringan. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk memetakan apa yang sebenarnya terjadi dengan interaksi lintas sektoral di antara institusi pemangku kepentingan/stakeholder dalam sistem yang sedang dianalisis. Untuk mencapai hal ini, pertama, masing-masing sektor dipetakan secara sendiri-sendiri. Selanjutnya dibuat peta gabungan terhadap area yang disetujui mereka dapat berkolaborasi dengan baik, dan menunjukkan adanya perbedaan peran dari tiap sektor. Peta-peta gabungan yang disetujui tersebut kemudian menjadi dasar untuk analisis dan diskusi pada tahap 4, 5 dan 6. Para pemangku kepentingan/stakeholder yang berada dalam sistem ini akan dianalisis. Tahapan ini dijelaskan lebih detail sebagai berikut:


Dalam penyusunan peta kolaborasi lintas sektor dari masalah zoonosis yang muncul, tentunya secara otomatis perlu juga dikembangkan alur komunikasi dan komando koordinasi dari masing-masing sektor. Begitu peta dari masing-masing sektor digabungkan, maka akan terlihat alur yang jelas dari penyelesaian masalah zoonosis yang muncul. Alur tersebut akan dijadikan acuan dalam menentukan alur komunikasi dan komando koordinasi. Urutan waktu dari mulai kasus zoonosis ditemukan dan dilaporkan, penyampaian informasi melalui rapat koordinasi oleh seluruh sektor yang berpotensi terlibat, pemeriksaan laboratorium, penyelidikan KLB/wabah hingga pelaporan kegiatan serta sektor apa yang memimpin di masing-masing tahapan menjadi penentu alur komunikasi dan siapa yang akan menjadi komando koordinasi.

Kesenjangan yang terjadi dari ketidaksesuaian
Setelah peta dari masing-masing individu digabungkan dan didapatkan suatu peta besar yang mencakup semua proses dan alur kegiatan dari berbagai sektor, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi kesesuaian dari kegiatan di lapangan dengan hasil pemetaan tersebut. Misalnya, jika hasil dari pemetaan tersebut menunjukkan bahwa kolaborasi lintas sektor seharusnya dilakukan pada suatu tahap kegiatan tertentu, maka perlu diidentifikasi kenyataan yang terjadi selama ini apakah kolaborasi telah berjalan atau belum.

Jika kolaborasi belum berjalan dengan baik seperti yang tergambarkan pada peta, maka selanjutnya adalah perlu diidentifikasi kesenjangan yang terjadi akibat dari ketidaksesuaian peran atau tugas di lapangan. Misalnya, apakah terjadi suatu akibat yang disebabkan oleh tidak adanya atau tidak sesuainya peran atau fungsi dari masing-masing sektor atau kolaborasi yang dijalankan. Ketidaksesuaian ini dapat menjadi salah satu hal yang difokuskan untuk perbaikan dalam penyusunan rencana kegiatan penguatan sistem one health pada tahap berikutnya.

Tahap pemetaan kolaborasi lintas sektor dari masalah zoonosis yang muncul dilakukan setelah teridentifikasi jejaring one health yang ada serta masing-masing peran, mekanisme dan kemampuannya dalam menangani masalah kesehatan dengan pendekatan one health. Pembuatan peta kolaborasi lintas sektor dari masalah zoonosis ini akan lebih kompleks daripada tahap sebelumnya, karena melibatkan masalah zoonosis dan cara penanganannya melalui kolaborasi lintas sektor. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk memetakan apa yang sebenarnya terjadi dengan interaksi lintas sektoral di antara institusi pemangku kepentingan/stakeholder dalam sistem yang sedang dianalisis. Setelah peta dari masing-masing individu digabungkan dan didapatkan suatu peta besar yang mencakup semua proses dan alur kegiatan dari berbagai sektor, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi kesesuaian dari kegiatan di lapangan dengan hasil pemetaan tersebut. Jika kolaborasi belum berjalan dengan baik seperti yang tergambarkan pada peta, maka selanjutnya adalah perlu diidentifikasi kesenjangan yang terjadi akibat dari ketidaksesuaian peran atau tugas di lapangan.

Penyusunan Rencana Kegiatan Penguatan Sistem One Health

Dalam materi ini kita akan mempelajari tentang bagaimana strategi menyusun langkah-langkah rencana kegiatan penguatan sistem one health secara kolaboratif, di mana pokok permasalahan dipetakan dan diidentifikasi dari kesenjangan/ketidaksesuaian peran atau tugas dari jaringan lintas sektor (hewan, manusia dan lingkungan) guna meminimalisir dampak multi aspek dari ancaman zoonosis yang muncul akibat lemahnya sistem untuk bersinergi.

Sistematika
Rencana implementasi harus dibuat dengan mencantumkan praktik pelaksanaan terbaik yang disepakati dan langkah selanjutnya setelah proses alur pemetaan lintas sektoral. Semua pemangku kepentingan/stakeholder yang terlibat dalam proses alur pemetaan lintas sektoral harus memberikan kontribusi untuk membuat rencana bersama dan memiliki langkah-langkah yang dapat dilaksanakan. Idealnya rencana penerapan harus memiliki tahapan-tahapan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang guna memperbaiki sistem. Langkah-langkah tersebut harus diidentifikasi dan dimasukkan ke dalam mekanisme perencanaan keuangan institusi guna ketersediaan dana. Perencanaan tersebut juga harus mencakup langkah-langkah segera yang tidak membutuhkan sumber pendanaan baru untuk pelaksanaannya.

Pada tahap ini peserta melakukan proses identifikasi dan prioritas langkah-langkah pemecahan masalah untuk dapat bergerak dari ‘peta saat ini’ ke ‘peta ideal’ interaksi lintas sektor. Dalam kegiatan ini peta gabungan yang komprehensif dan rencana penerapan yang dibuat dapat mewakili setiap sektor dari keseluruhan kelompok pemangku kepentingan/stakeholder. Dengan demikian maka rencana implementasi ini harus dibuat sesuai dengan kemampuan terbaik dari setiap institusi. Kebutuhan untuk keterlibatan lebih lanjut dari pemangku kepentingan/stakeholder utama dalam proses OH-SMART diperlukan setelah peserta kembali ke provinsi, kabupaten/kota atau wilayah asal mereka. Tujuan menyeluruh dari proses ini adalah untuk menunjukkan kemampuan membuat rencana spesifik yang berdasarkan kajian rinci terhadap sistem jaringan lintas sektor yang telah ada dan diskusi tentang bagaimana seharusnya kolaborasi dan koordinasi jaringan dilaksanakan terhadap masalah zoonotik yang muncul.

Langkah-langkah penyusunan rencana penguatan tahunan sistem one health
Langkah langkah dalam penyusunan rencana penguatan tahunan sistem one health sebagai berikut :

  1. Menetapkan masalah yang terjadi ketidaksesuaian peran atau tugas di lapangan terhadap masalah zoonotik yang muncul
  2. Menetapkan prioritas dari ketidaksesuaian berdasarkan ketersediaan dana, waktu, infrastruktur, SDM, dan kebijakan
  3. Menetapkan hasil prioritas pada langkah b dalam rencana aksi jangka panjang, menengah, atau jangka pendek
  4. Merencanakan langkah langkah secara rinci dan riil terhadap penetapan hasil langkah secara kolaboratif

Penyusunan rencana penguatan sistem One Health yang merupakan pemetaan rencana kolaboratif lintas sektor, dapat dijadikan referensi dalam penyusunan rencana kontingensi untuk respon kedaruratan zoonosis yang terkoordinasi, terencana, terpadu, dan menyeluruh guna memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, risiko, dan dampak permasalahan kesehatan. Oleh karena itu penyusunan rencana aksi ini sebaiknya didokumentasikan dan digunakan oleh seluruh sektor yang terlibat sebagai acuan dalam penanggulangan zoonosis secara terpadu.

Seperti yang telah tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Sub-Urusan Rencana Daerah Kab/Kota, bahwa setiap daerah perlu memberikan pelayanan dasar terkait bencana daerah baik bencana alam maupun non alam, dalam hal ini kemungkinan adanya penyakit zoonosis yang berpotensi menjadi KLB atau wabah. Kegiatan pelayanan meliputi:

  1. Informasi rawan bencana yaitu penyusunan kajian risiko bencana dan komunikasi informasi dan edukasi rawan bencana;
  2. Pencegahan dan kesiapsiagaan yaitu penyusunan rencana penanggulangan bencana, pembuatan rencana kontinjensi, pelatihan pencegahan dan mitigasi, gladi kesiapsiagaan terhadap bencana, pengendalian operasi dan penyediaan sarana prasarana kesiapsiagaan terhadap bencana, dan penyediaan peralatan perlindungan dan kesiapsiagaan terhadap bencana;
  3. Pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban bencana yaitu respon cepat kejadian luar biasa penyakit/wabah zoonosis prioritas, respon cepat darurat bencana, aktivasi sistem komando penanganan darurat bencana, pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana, serta pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana.

Penyusunan rencana penguatan sistem one health dapat menjadi modal dasar mempersiapkan kegiatan pelayanan, terutama pada tahap pencegahan dan kesiapsiagaan. Hal ini bertujuan agar setiap daerah mampu mencegah dan bersiap siaga dalam kemungkinan adanya KLB/wabah dari penyakit zoonosis prioritas dengan memaksimalkan komunikasi dan koordinasi dengan seluruh sektor yang terlibat.

Penyusunan rencana penguatan sistem One Health yang merupakan pemetaan rencana kolaboratif lintas sektor, dapat dijadikan referensi dalam penyusunan rencana kontingensi untuk respon kedaruratan zoonosis yang terkoordinasi, terencana, terpadu, dan menyeluruh guna memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, risiko, dan dampak permasalahan kesehatan.
Seperti yang telah tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Sub-Urusan Rencana Daerah Kab/Kota, bahwa setiap daerah perlu memberikan pelayanan dasar terkait bencana daerah baik bencana alam maupun non alam, dalam hal ini kemungkinan adanya penyakit zoonosis yang berpotensi menjadi KLB atau wabah.

Daftar Referensi

Daftar Referensi

  1. Indonesia One Health University Network. 2018. Modul One Health System Mapping and Analysis Resource Tool (OH SMART)

  2. Balai Besar Pelatihan Kesehatan Ciloto. 2019. Modul Pelatihan Investigasi KLB/ Wabah Terpadu Berbasis One Health Bagi Petugas Epidemiologi Lapangan Kementan Kemenkes KLHK FAO. 2019. Tata laksana Penanganan Kasus Zoonosis dan Penyakit Infeksi Baru Terintegrasi.

  3. -

Pertanyaan

  1. Gambarkan Sistem One Health yang anda ketahui dan jelaskan!

  2. Gambarkan Identifikasi Jejaring Kerja Lintas Sektor terkait One Health dan jelaskan!

  3. Gambarkan Identifikasi Kesenjangan dalam Sistem One Health dan jelaskan!

  4. -